Sektor transportasi sangat memerlukan sumber daya minyak dan gas dalam setiap pergerakannya sebab teknologi berbasis energi minyak dan gas inilah yang sudah dikenal masyarakat luas di Indonesia. Namun karena kondisi sektor energi di Indonesia yang kurang mendukung keberlangsungan sistem transportasi yang menggunakan minyak dan gas sebagai energi penggeraknya, sudah sepatutnya diterapkan sistem transportasi yang mampu menghemat penggunaan bahan bakar minyak. Pembenahan sistem transportasi di Indonesia dapat dimulai dengan dua tindakan, yaitu mengkaji ulang dan membenahi seluruh sistem transportasi di Indonesia dengan menerapkan hierarki pelayanan yang tegas dan menerapkan teknologi yang menggunakan energi terbarukan atau ramah lingkungan dalam setiap moda transportasi di Indonesia.
Pengkajian ulang dan pembenahan sistem transportasi bertujuan untuk mengakomodasi kebutuhan masyarakat akan transportasi publik yang layak. Dengan mengutamakan transportasi publik sebagai tulang punggung dalam melayani mobilitas masyarakat, akan mempermudah kontrol bersama antara pemerintah dan masyarakat mengenai pemakaian bahan bakar minyak, menekan pertumbuhan kepemilikan kendaraan pribadi secara tidak langsung, dan menciptakan pelayanan transportasi publik yang berkualitas. Dalam perencanaan sistem transportasi dikenal suatu konsep hierarki pelayanan transportasi. Konsep hierarki pelayanan transportasi publik adalah konsep yang mengedepankan keterpaduan layanan antarmoda transportasi. Setiap moda transportasi memiliki peran dan kapasitasnya dalam melayani penumpang. Oleh karena itu, dalam sistem transportasi terdapat koordinasi yang bertingkat sesuai dengan kapasitas dan daerah layanan suatu moda.
Penerapan konsep hierarki pelayanan transportasi dilaksanakan dengan memberikan pembatasan fungsi yang tegas pada setiap moda. Untuk melayani pergerakan dalam jumlah besar, berjarak jauh, dan cepat digunakan kereta listrik, busway, metro, atau subway. Sedangkan untuk melayani pergerakan yang membutuhkan aksesibilitas tinggi dan berjarak sedang digunakan angkutan umum minibus. Selain itu, penerapan konsep hierarki pelayanan transportasi juga memerlukan pembedaan fungsi kawasan seperti kawasan komersial, pemukiman, industri, dan pemerintahan. Sebagai contoh, moda transportasi subway atau metro menghubungkan kawasan komersil dan bisnis dengan suatu stasiun kolektor. Kemudian untuk menghubungkan stasiun kolektor tersebut dengan kawasan pemukiman digunakan moda transportasi angkutan umum sebagai pengumpan. Oleh karena itu, pembenahan sistem transportasi harus dimulai dengan mengkaji Rencana Tata Ruang Wilayah di setiap kota di Indonesia. Hal ini diperlukan agar terdapat pembagian fungsi kawasan yang jelas sehingga dapat direncanakan sistem transportasi yang mampu menghubungkan seluruh kawasan tersebut dan melayani mobilitas masyarakat atau barang dari tiap kawasan. Perencanaan sistem transportasi itu seperti memprediksi berapa banyak orang atau barang yang akan dipindahkan dari suatu kawasan menuju kawasan lainnya, moda transportasi apa yang paling tepat untuk mengakomodasi prediksi tadi, dan berapa biaya operasional yang akan dikeluarkan untuk menentukan tarif dan subsidinya. Dengan menerapkan sistem transportasi yang terstruktur dan sistematis akan menghindari tumpang tindih fungsi antarmoda transportasi yang dapat menyebabkan kerugian seperti pemborosan bahan bakar minyak atau kerugian operasional lainnya. Di samping menerapkan konsep hierarki seperti yang disebut di atas, pengembangan dan pemeliharaan sistem transportasi yang sudah dibuat sangat diperlukan untuk mengakomodasi pertumbuhan pengguna suatu moda transportasi.
Hal terakhir yang harus menjadi perhatian kalangan pembuat kebijakan sektor transportasi adalah penggunaan bahan bakar ramah lingkungan atau energi terbarukan untuk tiap moda transportasi. Beberapa kota besar di dunia seperti Jepang, Cina, dan kota-kota di Eropa Barat sudah mengalihkan perhatian kepada penggunaan energi terbarukan atau ramah lingkungan untuk menggerakkan sistem transportasinya. Tujuan penggunaan energi terbarukan atau ramah lingkungan itu tidak lain demi menghemat biaya operasional dan menghindari efek fluktuasi harga minyak. Salah satu energi terbarukan yang paling banyak digunakan sebagai penggerak moda transportasi di dunia adalah listrik. Beberapa moda transportasi yang menggunakan listrik sebagai tenaga penggeraknya adalah kereta Maglev dan Shinkansen. Kedua moda transportasi tersebut difungsikan untuk melayani pergerakan jarak jauh, berkapasitas besar, dan cepat. Di dalam negeri pun, bus Transjakarta sudah menggunakan bahan bakar gas pasokan dari Pertamina dan perusahaan swasta. Namun yang menjadi masalah adalah keseriusan pemerintah untuk menjadikan bahan bakar gas sebagai bahan bakar utama moda transportasi. Hingga saat ini operator bus Transjakarta masih mengalami kerugian dan masalah keterlambatan waktu tiba bus Transjakarta akibat pasokan bahan bakar gas yang tersendat dan perbedaan harga bahan bakar gas di beberapa Stasiun Pengisian Bahan Bakar Gas. Pemerintah melalui UU Nomor 22 Tahun 2001 seharusnya sanggup mengatur dan menjamin pasokan gas untuk kebutuhan sistem transportasi dalam negeri sehingga operator moda transportasi mendapat harga BBG yang flat.
Sistem transportasi yang tepat diterapkan di kota Jakarta akan membawa dampak yang besar di seluruh kota-kota besar di Indonesia. Dengan kata lain kota Jakarta dapat dikatakan sebagai model utama dalam pengembangan sistem transportasi yang akan dicobakan di setiap kota di Indonesia. Contohnya adalah ketika konsep busway diterapkan di kota Jakarta dengan nama Transjakarta dan terbukti sukses, dengan segera kota besar lain di Indonesia seperti Yogyakarta menerapkan konsep yang sama dengan nama TransJogja. Namun dengan diterapkannya konsep busway di Jakarta, tidak serta merta menyelesaikan salah satu masalah transportasi yaitu kemacetan. Bahkan moda bus Transjakarta ini disebut sebagai salah satu penyebab kemacetan di Jakarta. Ini adalah akibat dari penerapan kebijakan yang tidak menyeluruh dalam membenahi sistem transportasi Jakarta. Oleh karena itu, pembenahan transportasi di kota Jakarta perlu dilakukan secara menyeluruh dengan komitmen dan partisipasi yang tinggi dari pemerintah dan masyarakat. Dengan begitu, sistem transportasi kota Jakarta dapat menjadi contoh sistem transportasi yang efektif dan efisien bagi kota-kota besar lain di Indonesia. Keterpaduan antarmoda serta penggunaan bahan bakar terbarukan atau ramah lingkungan yang belum menjadi kenyataan di lapangan berkaibat pada kepadatan dan kesemrawutan lalu lintas serta inefisiensi konsumsi bahan bakar.
Sumber :http://hms.si.itb.ac.id/cremona/category/transportasi/
Dipost tanggal 21 oktober 2011
Oleh Dendy Damhudi
3KA04
15109327
Tidak ada komentar:
Posting Komentar